Sabtu, 25 Desember 2010

TopengKacaKu: Enchanted

Cintaku Tak Menuntut, Pak Masumi!


Kisah ini berawal dari kepulangan  Maya dan Masumi dari kencan tak berencana di kapal Astoria....

“Terima kasih Pak Masumi...”


Maya menatap wajah Masumi dan menghadiahinya sebuah senyum lembut sebelum membalik badan dan menggerakkan tangan meraih panel pintu mobil.
 
“Tunggu, Mungil!!”, cegah Masumi sambil memegang bahu kanan Maya.


Suara Masumi mencegah Maya menggerakkan tangannya yang memegang panel pintu dan mengarahkan pandangannya kepada Masumi kembali.

Terima kasih, aku tidak akan pernah melupakan peristiwa tadi malam”, ucap Masumi. 

Masumi menatap Maya lekat. Perlahan, Masumi bergerak maju dan mendekatkan wajahnya ke wajah Maya. Tindakan Masumi yang spontan menyebabkan Maya bergerak mundur tetapi badannya tertahan di pojok mobil. Maya tak berkutik. Pak Masumi, apa yang akan kamu lakukan? Saat wajah Masumi dan wajah Maya hanya berjarak 1 inchi, masumi mengalihkan gerakan dan membisikkan “Aku mencintaimu Maya” di telinga Maya.


Bisikan cinta Masumi menghipnotis Maya hingga menggerakkan bibirnya ke arah telinga  Masumi. Namun, Masumi menarik wajahnya lebih cepat daripada gerakan Maya hingga bibir Maya hanya membentur ruang kosong. Aduuh, pak Masumi!

Maya tersipu, menyadari tujuannya tak tercapai. Tanpa komando, tangan Maya yang memegang panel pintu mobil tergerak dan pintu pun terbuka. Tidak lebih satu menit, Maya telah berlari menuju apartemen tanpa menoleh, tak menginginkan Masumi melihat wajah nya yang merona.  

Sesungging senyum tulus dan rona kebahagiaan menghiasi wajah Masumi. Ia mengamati Maya hingga hilang di balik pintu apartemen. Sementara itu, supir Masumi dilingkupi keterpanaan. Ia tidak mempercayai apa yang telah didengar dan dilihat dari kaca spion mobil. Tuan Masumi? Ia tak pernah melihat adegan ajaib seperti itu. Tuan Masumi berkhianat?

“Kenapa bengong?”, tanya Masumi pada supirnya.

“Eh”

“Ayo kita pulang!”, perintah Masumi.

“Iya, Tuan”

Supir Masumi menancap pedal gas dan mobil pun melaju menjauh dari aparteman Maya. Rasa penasaran mulai mengusiknya. Ada keinginan untuk mengkonfirmasi peristiwa menakjubkan yang baru saja terjadi, tetapi keberaniannya terkalahkan oleh kegugupan. Suasana pun seperti hari-hari biasa, diam.

“Boleh aku minta tolong?”, ucap Masumi memecah keheningan.

“Minta tolong, Tuan?”

“Iya”

“Apa, Tuan?”

“Tolong rahasiakan dulu kejadian tadi”

“Hah?”, Supir Masumi bingung, “Kejadian yang mana, Tuan?”

“Apa yang kamu dengar dan lihat, antara aku dan gadis tadi”, ucap Masumi berwibawa.

“oh, itu, iya, Tuan”, sambut supir Masumi dengan menganggukkan kepalanya.

“Terima kasih” Ucap Masumi singkat.

***
Maya berdiri di depan pintu kamar. Kedua tangannya bersilang tepat di dada merasakan jantungnya yang masih berdetak cepat.

“Fiuuhh”, desah Maya, “Jantungku seperti mau copot, oh Pak Masumi”, bisik Maya lagi sambil tersenyum.

Tiba-tiba, pintu kamar itu berbuka,

“Aaaaa!!!!”

Rei yang membuka pintu menjerit kaget melihat makhluk mungil di depannya.

“Kamu?”, ucap Rei dengan mata tak lepas mengamati Maya, “Kamu, Maya?”, ucap Rei lagi.

“Iya, Rei, ini aku. Kenapa?”

Mata Rei tak berkedip.

“Kamu, benar-benar Maya?”, ucap Rei lagi tak percaya.

“Ya, iya lah, ini aku Rei”, timpal Maya sebal.

“Ya ampun, Mayaaa” Rei menarik Maya masuk ke dalam kamar dan mendudukkannya di tengah ruangan.

“Kamu dipermak siapa Maya? Semalaman gak pulang. Pulang-pulang bak putri salah pulang!”, omel Rei tanpa mengalihkan pandangan dari Maya.

Maya balas menatap Rei,

“Jangan melihatku seperti itu!”, protes Maya.

“Kamu, tidak seperti biasa. Siapa yang mendadanimu?”


“Kamu gak suka ya, aku seperti ini?”, keluh Maya kesal sambil berdiri dan melangkah ke kamar mandi. Maya membasuh mukanya dengan air.

“Bukan begitu, Maya”

“Lalu?”

Maya berjalan menuju Rei dan duduk kembali berhadapan dengan Rei. Maya mengeringkan wajahnya yang basah dengan handuk.

“Aku khawatir Maya, semalaman kamu gak pulang. Aku telepon ke studio, katanya kamu ke kapal pesiar”

Mendengar penjelasan Rei, ekspresi Maya berubah sesal,

“Iya, maaf Rei”

“Tapi syukurlah, kamu tidak apa-apa”, ucap Rei dengan tersenyum.

***

“Ini dokumen yang Anda minta, Pak Masumi”, Mizuki meletakkan sebendel dokumen di meja Masumi.

“Oh, terima kasih, Mizuki”

Masumi segera membaca dokumen itu dengan seksama. Tiba-tiba, ia meletakkan dokumen yang dipegangnya ke meja.

“Mizuki, ada yang ingin kau sampaikan?”, tanya Masumi dengan raut muka tidak suka.  Keberadaan Mizuki mengalihkan konsentrasi Masumi.

“Saya mendengar, Anda berkencan dengan Maya tadi malam”

Masumi terbelalak, 

“Dari mana kamu tahu?”


“Ada kenalan saya yang melihat Anda semalam”

“Ehm, banyak sekali kenalanmu”, Masumi tak peduli dan kembali membaca dokumennya yang tertunda.

“Pak, posisi Anda sekarang sedang bertunangan dengan nona Shiori Takamiya”

“Lalu kenapa, tak ada yang salah kan?”

“Jelas ada yang salah! Bila ada wartawan yang tahu, posisi Anda sebagai direktur Daito akan tercemar, didukung dengan keadaan Anda yang sudah bertunangan dengan Shiori”, urai Mizuki dengan nada khawatir.

“Shiori yang mengundangku ke Astoria, tapi ia tak datang, dan aku bertemu Maya”, bela Masumi.

“jadi...”

“Jangan khawatir Mizuki, bila ada wartawan, dan perlu konfirmasiku...”, Masumi tidak melanjutkan ucapannya. Tiba-tiba, ia meletakkan dokumen yang dipegangnya dan menerawang.

“Tidak ada yang mengira bahwa kami sedang berkencan, walau sebenarnya kami memang sedang berkencan”, sambung Masumi dengan tersenyum. Gurat-gurat kebahagiaan tergambar jelas di wajahnya. 

“Pak Masumi?!”, gumam Mizuki yang terus mengamati perubahan ekspresi Masumi.

Ini lah kali pertama Mizuki melihat raut muka bahagia di wajah Masumi setelah pertunangannya dengan Shiori.

***


“Apa pak Matsukura Ada?”, tanya seorang lelaki baya penuh kharisma.

“Ada Tuan, silakan”, sambut seorang pelayan dan membawa laki-laki itu ke ruang tamu, kemudian mempersilakannya duduk.

“Saya akan menyampaikan kedatangan Anda pada tuan Matsukura”, ucap pelayan lagi yang disambut anggukan kepala laki-laki itu.

Tak lama setelah laki-laki itu duduk, seorang wanita menuju ke arahnya,

“Selamat siang”, ucapnyasambil membungkukkan badan.

“Selamat siang”, laki-laki itu berdiri dan melakukan hal sama.

“Maaf Paman, kakek masih ada perlu, saya diminta menemani Anda”

“Oh, tidak apa-apa”, sambut orang itu dengan raut muka tanpa kecewa, “Ehm, kamu, Shiori ya, cucu Pak Matsukura yang sekarang bertunangan dengan Masumi Hayami dari Daito?”, tanyanya lagi.


“Benar”

“Ehm, tadi malam aku melihat Masumi Hayami di kapal Astoria”

“Oh ya?!”, sahut Shiori antusias, “Kami memang berencana bertemu di kapal itu, tapi saya terjebak macet”, ucap Shiori penuh sesal.

“Apa Paman bertemu dengan Masumi?”, tanya Shiori lagi. 

Shiori semakin antusias. Waah, aku bisa tahu apa yang dilakukan Masumi di sana. Shiori tersenyum senang.

“Tidak, aku hanya melihatnya sebentar”

“Tapi, aku melihat ia bersama seorang gadis”, lanjut laki-laki itu lagi.

“Hah, seorang gadis?”, Shiori terkejut. 

Ekspresi Shiori berubah curiga, bagaimana mungkin Masumi bersama seorangn gadis?

“Iya, seorang gadis cantik, bahkan mereka berdua berdansa yang membuat kami semua yang ada di sana terpesona”

“Gadis cantik? Berdansa?”, kecurigaan Shiori semakin dalam.

“Yah, cantik sekali”, ucap laki-laki itu dengan sorot mata takjub seolah mengingat keterpesonaannya semalam.

Apa karena itu masumi tidak meneleponku? Dia selalu begitu. Dia seakan tidak pernah ingin tahu bagaimana keadaanku. Raut muka Shiori terlihat kaku sekaligus sedih.

“Waduh, pak Yukiro, maaf lama menunggu, bagaimana kabar Anda?”, tiba-tiba seorang laki-laki yang tak lain adalah kakek Shiori datang dan langsung menyalami laki-laki itu. Mereka bersalaman dengan erat.

“Shiori, terima kasih, sudah menemani pak Yukiro!”, ucap pak Matsukura pada Shiori.

“Tidak apa Kek, aku masuk sekarang ya”, jawab Shiori.

Shiori bangkit dari duduknya. Sebelum pergi, ia menundukkan kepala pada kakeknya dan pak Yukiro. Shiori membalikkan badan dan berjalan menuju kamarnya.

“Aku tidak akan pernah memberikan Masumi pada siapapun!”, tekad Shiori dengan raut muka mengeras.

***


“Aku rindu pak Masumi, sedang apa ya dia...”, gumam Maya. Ia kembali memutar kenangannya bersama Masumi Hayami di kapal Astoria.

“Kau terlihat cantik dengan segala aksesoris yang berwarna ungu ini”, puji Masumi dengan mata tak berkedip menatap Maya.

Mendengar pujian Masumi, wajah Maya memanas. Refleks ia menunduk, menyembunyilan semburat merah di wajahnya.

“Semua warna ungu ini mengingatkanku pada Mawar Ungu”, bisik Maya.

“Ya?”, tanpa sadar Masumi merespon bisikan Maya. Maya pun langsung mendongakkan wajah, menatap Masumi dengan mata berbinar.

“Apakah Anda tahu Pak, mawar ungu adalah orang terpenting dalam hidupku?”

“Aku tahu, kau pernah mengucapkannya padaku”, jawab Masumi, “Kudengar kau juga sangat mencintainya, benar?”, Masumi balik bertanya.

"Eh..?!"

Masumi menanti jawaban terucap dari bibir Maya dan pandangannya masih lekat terarah ke wajah Maya.

“Dari mana Anda tahu?”

Kekhawatiran hinggap di hati Maya. Bagaimana mungkin pak Masumi tahu bahwa aku mencintai mawar ungu? Dari siapa? tak banyak yang tahu tentang hal ini!
“Koji pernah bercerita padaku”

“Koji...?”, gumam Maya.

“Bagaimana kau bisa mencintainya, bukankah kau belum pernah bertemu dengannya?”, selidik Masumi.

“Aku jarang bertemu dengannya sejak ia bertunangan”

“Maksudmu?”

“Tapi sekarang aku bertemu dengannya”

“Maya...!”, Masumi menatap Maya curiga, “Kau...kau...?”, wajah Masumi mulai memucat.

Wajah Maya tidak kalah pucat. Jantungnya berdetak lebih cepat. Bagaimana ini? Baiknya gimana? Apa yang harus kulakukan?  Maya meremas jari-jarinya. Sesuatu sedang bergejolak dalam diri Maya. Keberanian dan kebimbangannya bergelut. Tak apa, aku akan mengatakannnya.
"Anda..., Anda, Mawar Ungu kan Pak Masumi?”, ucap Maya terbata dan menatap mata Masumi.

“Maya...!?”

Masumi membeku di depan Maya. Ia tak tahu harus menjawab apa. Kedua bibirnya terkunci rapat. Ia tidak menemukan kata yang tepat untuk mengingkari pernyataan Maya, karena semuanya adalah benar.

“Aku merasa, Anda lah belahan jiwaku Pak Masumi, Anda lah Isshinku”, aku Maya tanpa memalingkan wajah dari Masumi.

“Aku adalah dirimu yang satunya dan engkau adalah diriku yang satunya”, lanjut Maya.

Apa yang terucap dari bibir Maya memicu ledakan dahsyat di dada Masumi. Jantung Masumi memacu aliran darah dengan cepat ke seluruh pembuluh darah. Menyebarkan sinyal-sinyal kebahagiaan ke setiap organ tubuh. Tanpa terkecuali saraf otak, terutama saraf-saraf motorik, dengan cepat tercipta koneksi-koneksi synaps hingga mengkomando tangan Masumi membelai pipi Maya.

“Benarkah?!”, ucap Masumi tak percaya.

“Benar, pak Masumi”, Maya mengangguk pelan.

“Ohhh”, Masumi sedikit membungkukkan badan.

Masumi mengecup bibir Maya lembut. Cess. Hawa sejuk mengalir saat bibir Maya bersentuhan dengan bibir Masumi. Berawal dari ujung bibir, merambat dalam hitungan detik keseluruh tubuh Maya. Maya membeku seketika. Apa artinya ini pak Masumi? Kecupan Masumi, walau sekejap, mampu menyebarkan kesejukan hingga ke sudut-sudut tergelap hati Maya. Dan yang tersisa hanyalah kedamaian.

“Aku mencintaimu, Mungil”, ucap Masumi lembut.

“Maya, Maya!”

“Eh..oh...”, respon Maya terhadap guncangan seseorang di bahunya.

“Maya, kamu lagi apa, kenapa bengong, giliranmu!”, teriak orang itu lagi, “Cepat, sebelum pak Kuronuma marah!”

“oh, iya, iya”, sigap Maya berdiri dan berlari ke tengah ruangan.

***

Tak berbeda dengan maya, di ruang Direktur Daito, Masumi terngiang-ngiang ucapan maya. Anda adalah Isshinku, pak Masumi....

“Hhhhhhh”

Masumi menyentuh dadanya. Jantungnya berdetak kencang mengingat segala peristiwa semalam. Semua terasa mimpi. Segala hal yang kuanggap mimpi, sekarang menjadi nyata. Oh, Maya, aku mulai merindukanmu. Kau pasti sedang latihan, atau kau juga merindukanku?

“Masumi!”

“Eh”, Masumi terjaga dari lamunan.

“Kamu melamun ya?”

Masumi melihat Shiori berdiri di depan meja kerja dan menatapnya tajam.

“Beberapa kali aku mengetuk pintu, tapi tak kau jawab!”

“Hingga Mizuki memanggilmu pun, kau tak mendengar!”, keluh Shiori lagi.

“Maaf”

“Hanya itukah sambutanmu terhadap tunanganmu?”, tuntut Shiori.

Masumi terdiam.

“Masumi...”,  ucap Shiori dan berjalan mendekati Masumi yang masih bergeming di kursinya.

Tiba-tiba, sesuatu yang lembut menyentuh bibir Masumi, “Shiori, apa yang kamu lakukan?”, refleks Masumi mendorong tubuh Shiori hingga membentur sudut meja.

“Ah”, rintih Shiori, “Inikah responmu terhadap tunanganmu Masumi?”, ucap Shiori dengan wajah heran.

“Aku...” Masumi tak melanjutkan kata-katanya. Selama ini, ia selalu mampu mengontrol emosi dan perilakunya di depan Shiori. Tindakan yang dilakukannya beberapa detik lalu di luar kendalinya. Kenapa aku? Shiori melangkah mendekati Masumi. Melihat Shiori mendekat, refleks, Masumi berdiri siaga.

“Tidakkah kau mencintaiku?”, bisik Shiori sambil menyentuh wajah Masumi.

Masumi menurunkan tangan Shiori dari wajahnya. Tatapan tanpa ekspresi Masumi menusuk hati Shiori laksana pedang musim dingin dan menyebarkan kehampaan di setiap relungnya. Masumi...! Tanpa terbendung, air mata mengalir di pipi Shiori yang putih.

“Maaf, Shiori!”, ucap Masumi kaku.

Ucapan Masumi semakin memekatkan kehampaan yang dirasakan Shiori. Menciptakan kekosongan di hatinya.

“Tidak bisakah kau mencintaiku, Masumi?”, harap Shiori, “Apakah ada wanita lain yang kau cintai? Oh, aku ingat.... aku pernah melihat foto-foto maya di lokermu dan juga di villa keluargamu”, lanjut Shiori dengan air mata semakin deras.

Raut muka Masumi mengeras mendengar nama Maya terucap. Shiori....!  

“Kau mencintai gadis itu? Kau mencintai calon bidadari merah itu, Masumi?”, tanya Shiori cemas.

Masumi terdiam, sebelum akhirnya ia mengangguk,

“Iya..., sangat....”

Shiori membeku di tempatnya berdiri. Masumi, kau....

“Lalu, kenapa kau bertunangan denganku?”, tanya Shiori dengan berurai air mata.

Masumi terdiam.

“Kenapa Masumi? Kenapa kau hanya diam?”

“Tapi, jangan lupa Masumi, kau adalah tunanganku...., dan aku adalah kekasihmu!”, teriak Shiori dan langsung berlari menuju pintu.

Masumi menatap kepergian Shiori iba, maafkan aku Shiori, aku tidak bisa menyakitimu lagi, maaf....

Shiori keluar dari ruangan Masumi dengan berlinangan air mata. Mizuki yang duduk tak jauh dari pintu langsung berdiri khawatir.

“Nona Shiori....?”

Shiori hanya menoleh dan menatap Mizuki. Ia terus berlari menuju lobi, menyusuri lorong-lorong Daito tanpa menghentikan aliran air matanya. Setiap orang yang melihatnya heran, ada apa dengan nona Shiori Takamiya? Saat ini, kehampaan menyelimuti hati Shiori bersamaan dengan ribuan sembilu yang menyayat-nyayat hatinya, meninggalkan perih yang sangat. Wajah Masumi yang tanpa ekspresi membayang di pelupuk matanya.  Bayang-bayang gelap seakan menghadang Shiori melangkah maju. Menciptakan kekosongan asa atas pernikahannya dengan Masumi. Tiba-tiba, Shiori berhenti, ia menghapus aliran air mata dengan kesepuluh jarinya. Masumi, aku tidak akan pernah melepaskanmu, akan kulakukan segala cara untuk mendapatkan hatimu. Ingat, kau menghalalkan segala cara dalam hal bisnis. Aku pun demikian. Maka, kau dan aku adalah sama. Kupastikan, kau akan menjadi suamiku.

***

“Pak Masumi, kopi Anda!”

“Iya”, ucap Masumi tanpa memalingkan wajah dan lurus menatap hamparan kota Tokyo melalui dinding kaca Daito.

Menyadari tak diacuhkan, Mizuki memutar badan dan melangkah menuju pintu.

“Mizuki!”, panggil Masumi.

“Iya, Pak”

“Bisakah kau mengatur kencanku dengan Maya?”, pinta Masumi, “Aku mulai merindukannya, Mizuki”, sambung Masumi pelan.

“Hah?!”, Mizuki terbelalak mendengar permintaan Masumi.

Mendengar respon Mizuki, Masumi membalikkan badan dan memandang Mizuki dengan ekspresi menunggu. Masumi memperhatikan Mizuki yang kebingungan.

“Pak Masumi, apa maksud Anda?”, tanya Mizuki curiga.

“Ah, sudahlah Mizuki”

“Aku tahu, itu tak mungkin. Sekarang, pergilah”, lanjut Masumi.

Mizuki melangkah keluar ruangan disertai ribuan tanda tanya. Apa maksud pak Masumi sebenarnya? Bayangan Shiori yang pergi berurai air mata menghampirinya. Ada apa di antara mereka?

***

“Maya, ada kiriman untukmu!”

“Kiriman, dari siapa Rei?”

“Nih!”, Rei menyodorkan sebuket mawar ungu kepada Maya dan sebuah amplop yang berwarna ungu juga.

Maya menerima buket itu dengan mata berbinar. Pak Masumi...! Maya segera membuka amplop dan membaca kartu yang ada di dalamnya.

Bisakah kau menemuiku di villaku di Nagano,
aku tak sabar ingin melihatmu.
Dari Pengagummu

Pak Masumi, apa maksudmu? Menemuimu? Di Nagano? Maya masih mengamati kartu yang dipegangnya. Keningnya berkerut. Mana bisa aku ke sana, aku kan harus latihan! Tiba-tiba wajah Maya berubah kesal. Ia meletakkan buket mawar ungu di meja terdekat dan bergegas keluar kamar.

“Maya, kamu mau ke mana?”

“Maaf Rei, aku harus pergi. Oya, nanti aku langsung ke studio latihan”

Maya berlari menyusuri jalanan Tokyo, sesekali ia berhenti mengambil nafas, mengisi paru-parunya dengan oksigen dan mengumpulkan tenaga baru. Pak Masumi, aku harus menemuimu.

***

Di ruang berdanti keluarga Takamiya, Shiori duduk berhadapan dengan kepala rumah tangga keluarganya.

“Bi, bisakah menolongku?”

“Apa Nona?”

“Aku ingin Bibi mengatur kencanku dengan Masumi!”

“Kencan? Kapan?”

“Malam ini”

“Baiklah Nona”

Sesungging senyuman dingin menghias wajah Shiori. Masumi, kau tak kan bisa lari dariku!

***

“Mizuki, apa aku bisa bertemu dengan pak Masumi?”

Jari-jari Mizuki yang asyik menulis di buku agenda berhenti. Ia sangat mengenal suara orang yang sedang menunggu jawabannya. Tak salah lagi. Maya!

“Pak Masumi? Kau ingin bertemu dengan pak Masumi?”

“Iya, sekarang. Ini penting sekali Mizuki!”, desak Maya.

“Baiklah, kau bisa menunggu di ruang tamu. Aku akan segera memberi tahu beliau!”

Ketika Mizuki hendak mengantar Maya ke ruang tamu, seorang lelaki mendekatinya.

“Nona, ada surat untuk pak Masumi dari nona Shiori!”

Laki-laki itu menyodorkan sebuah surat kepada Mizuki. Mendengar nama Shiori disebut, ekspresi Maya berubah pucat. Shiori...!

“Terima kasih”, Mizuki menerima surat itu kemudian membungkukkan badan. Laki-laki itu pun melakukan hal yang sama sebelum berbalik pergi. Setelah laki-laki itu berlalu, Mizuki mengajak Maya menuju ruang tamu. Tetapi, ia melihat wajah Maya yang memucat.

“Maya, apa kau sakit?”, tanya Mizuki khawatir.

“Tak apa, Mizuki”, jawab Maya lemah, “Ayo!”

Lunglai, Maya mengayunkan langkah ke ruang tamu, sorot matanya tak berisi. Pak Masumi, bagaimanakah hubunganmu dengan Shiori? Apa aku telah menyusahkanmu? Apa aku menempatkamu dalam posisi yang sulit? Maya tertunduk lesu. Rasa bersalah mengelilingi Maya atas keterusterangan perasaannya pada Masumi. Maafkan aku, pak Masumi! Sebutir air mata mengintip di sudut mata Maya. Kekhawatiran Mizuki semakin dalam menyaksikan Maya yang berjalan gontai.

“Maya, kamu baik-baik saja?”, ucap Mizuki dan berusaha mengimbangi langkah Maya.

“Tak apa, Mizuki!”

***

“Pak Masumi, boleh saya masuk?”

“Masuk saja Mizuki, bukankah biasanya juga begitu!”, ucap Masumi tak acuh sambil membaca sebuah dokumen.

Mendengar tanggapan Masumi, Mizuki melangkah maju. Ia meletakkan surat Shiori di meja Masumi.

“Ada surat dari nona Shiori!”

“Ya”

“Dan saat ini, Maya Kitajima sedang menunggu Anda di ruang tamu!”, ujar Mizuki lagi.
Mendengar nama Maya, Masumi langsung mendongak. Maya. Ekspresi Masumi berubah 360⁰. Wajah Masumi yang semula tertekuk delapan, mendadak menjadi lurus seketika. Dan tanpa mempedulikan Mizuki, Masumi bergegas keluar ruangan. Mizuki mengikuti gerak Masumi dengan ekspresi heran. Pak masumi...!?

“Maya”, ucap Masumi antusias saat membuka pintu ruang tamu. Namun, langkahnya terhenti menyaksikan Maya yang tertunduk lesu. Mendengar namanya dipanggil, Maya mendongakkan kepala. Pak Masumi...!

“Kamu kenapa? Sakitkah?”

Maya menggeleng.

“Wajahmu pucat!” Masumi berjalan mendekati Maya dan mengambil posisi duduk di samping Maya. Masumi menyentuh wajah Maya, “Mungil”, ucapnya lirih. 

Maya merasakan kedamaian dan kebahagiaan saat Masumi menyentuh wajahnya. Andai perasaan ini selalu menyertaiku, pasti akan menyenangkan. Aku sangat mengharapkannya, tapi.... Pelan, Maya menurunkan tangan Masumi.


“Pak Masumi, jangan begini, tidak baik!”

“Kenapa, bukankah kita saling mencintai?”

“Benar, tapi, aku bukan siapa-siapa Anda!”

Maya menunduk. Perasaannya mengambang. Laksana perahu, ia tak dapat merapat ke dermaga tetapi juga tak dapat berlayar. Terombang-ambing di tengah lautan. Saat ini, Masumi berada dekat di sampingnya tetapi tetap jauh dari jangkauan. Sungguh pak Masumi, andai aku mampu, aku ingin memilikimu selamanya.

“Maksudmu ?“

“Anda masih tunangan nona Shiori!”

“Ehm, jadi itu sebabnya. Kalau begitu aku akan segera membatalkan pertunanganku!”

“Pak Masumi?”

Maya mengangkat wajah dan menemukan Masumi yang ternyata memandangnya lekat. Pak Masumi, kau terlihat sangat serius. Bola-bola asa baru bermunculan di hati Maya walau tak penuh memberi kepastian. Tetapi, mereka memberi Maya setitik sinar atas harapannya.

“Shiori sudah tahu perasaanku, Maya!”, Masumi menggenggam tangan Maya, “Dan akan kupastikan perasaanku padanya!”

“Itu akan menyakitinya?”

“Akan lebih sakit lagi bila aku terus bersamanya!”

“Pak Masumi”

“Ya”

“Aku akan menunggu Anda!” Maya menatap mata Masumi penuh kepercayaan.

Masumi tersenyum lembut,

“Terima kasih, Mungil!”, ucap Masumi dan menggenggam tangan Maya erat.

***

Di pinggir kolam keluarga Hayami, Eisuke Hayami memperhatikan puluhan ikan yang menggerombol saling berebut makanan ditemani Sugimoto, ajudannya. Ikan-ikan itu tidak menggerombol di satu tempat. Mereka berenang-renang ke segala arah mengejar butir-butir pakan yang sesekali di lempar Sugimoto jatuh mengambang di permukaan air kolam.

“Sugimoto!”

“Iya, Tuan”

“Aku mulai bosan melihat ikan-ikan ini!”

“Lalu, Tuan ingin seperti apa?”

“Jalan-jalan!”

“Eh...?!”

“Mana hand phone-ku, Sugimoto?”

“Ini, Tuan”, Sugimoto menyodorkan sebuah hand phone kepada Eisuke Hayami.

Tak lama, Eisuke Hayami mulai menekan tombol-tombol di hand phone-nya. Sesungging senyum menghias wajahnya. Ehm, aku ingin bertemu dengannya! Sugimoto mengamati  tuannya seksama. Tuan Eisuke, anda tampak bahagia sekali. Walau terasa aneh, saya lebih senang melihat anda seperti ini.

***

Di sebuah studio, tempat Ayumi berlatih bersama Utako Himekawa, Ayumi duduk di tengah ruangan. Segala macam bentuk barang berserakan hampir di seluruh ruangan. Utako yang berdiri sekitar 7 meter dari Ayumi mengayunkan langkah ke arah putrinya.

“Hati-hati, Ma!”

“Eh...?!”

“Ada paku di depan Mama!”

“Paku?”

Utako menebar pandangan di lantai. Pandangan Utako berhenti pada sebuah paku yang berjarak selangkah dari ujung kakinya dan siap menusuk kaki Utako bila ia tak menghentikan langkah. Ehm, bagaimana Ayumi bisa tahu bahwa di depanku ada paku?

“Tadi, paku yang Mama lempar jatuh di situ!”

“Ayumi, kamu...?!”

“Iya Ma. Aku, sekarang, bisa merasakan pergerakan angin. Otakku juga menyimpan memori letak suara-suara berasal!”

 “Ayumi...! Kau berhasil!”, senyum kebahagiaan menghias wajah Utako.

Utako memandang Ayumi takjub. Ayumi, anakku, kau telah berhasil. Kau mampu mengatasi kebutaanmu dan mengenali benda-benda yang ada di sekitarmu melalui pergesekkan mereka dengan udara. Sekarang, kau tak harus mengandalkan penglihatanmu. Perasaan Utako mengharu biru dan bulir-bulir bening mulai mengalir di pipinya.

“Terima kasih Ma. Tanpa bantuan Mama, aku pasti sudah putus asa. Aku bisa merasakan perasaan angin dengan hatiku. Kelembutannya saat membelai kulitku. Aku jadi lebih paham bagaimana mengekspresikan bidadari merah!”, ucap Ayumi berseri, “Dan aku harus mempertajam lagi pendengaran dan hatiku!”

“Aku yakin dengan kemampuanmu, Ayumi!”, dukung Utako.

“Terima kasih, Ma. Aku akan berakting dengan hatiku dan aku pasti bisa mengatasi kebutaanku ini”, ucap Ayumi penuh percaya diri.

***

Jauh dari keramaian kota Tokyo, di villa ketua Persatuan Drama Nasional, Mayuko Chigusa duduk di beranda menikmati udara sore. Suasana saat itu terasa damai sedamai hati Mayuko. Sinar keemasan matahari sore menembus celah-celah dedauan dari pohon-pohon yang tumbuh rindang dan memberikan efek tak meyilaukan. Angin yang bertiup semilir-semilir mengajak reranting pohon menari-nari sesuai kemauannya.

“Bu Mayuko, ini teh Anda!”

“Terima kasih, Genzo”

“Bagaimana keadaan Anda sekarang?”

“Aku baik-saja Genzo, tidak usah khawatir!”

“Tapi, semalam, saya mendengar Anda batuk tiada henti!”

Mayuko tersenyum. Ia dapat mengerti kecemasan Genzo atas dirinya. Terima kasih Genzo. Dari dulu kau selalu menemaniku. Walau kurasakan badanku semakin hari semakin melemah, aku yakin dapat melihat wujud bidadari kedua gadis itu. Ichiren, kau selalu bersamaku, kumohon, berilah aku kekuatanmu. Sebentar lagi, hingga bidadari merah yang baru muncul untuk mewarisi hidupku.

“Aku kan sering bilang padamu Genzo”, Mayuko mengambil cangkir teh dan meminumnya, 

“Aku akan hidup sampai bidadari merah baru lahir”, ucap Mayuko lagi dan meletakkan cangkir teh di meja.

Genzo yang berdiri di samping Mayuko Shigusa terdiam. Raut kekhawatiran masih tergambar di wajahnya. Bu Mayuko, saya tahu, anda akan bertahan sekuat tenaga demi bidadari merah. Ya, demi bidadari merah. Karena itu adalah hidup anda.

“Aku tidak tahan lagi ingin melihat akting Maya dan Ayumi, Genzo. Terutama Maya!”

“Saya juga, Bu”

“Bagaimana wujud bidadari merah mereka?”

Mayuko mengamati dedaunan yang bergoyang-goyang mengikuti arah angin bertiup. Sorot matanya penuh keyakinan. Aku pasti dapat melahirkan bidadari merah luar biasa di antara Maya dan ayumi yang akan memberi jiwa abadi bidadari merah.

***


Masumi termenung di belakang meja kerja. Tatapan matanya tak terbaca. Tak lama, tangan Masumi meraih secarik surat dan memposisikannya sejajar dengan wajahnya. Bola mata Masumi bergerak-gerak halus, merunut setiap baris isi surat yang tertulis rapi.

Masumi....
Kejadian kemarin membuatku tergoncang. Tetapi, janganlah khawatir. Sejak mengenalmu, aku belajar menjadi sosok yang lebih kuat.
Aku hendak mengundangmu kencan walau tak seistimewa rencana kencan di Astoria dulu. Dan mungkin kita bisa membicarakan hubungan kita lebih mendalam.
Aku menunggumu Masumi...
Shiori

“hhhhhh”

Masumi menempatkan kertas yang dipegangnya ke tempat semula. Ia melirik arloji, menunjukkan pukul 19.00. Shiori! Mungkin ini lah waktu yang tepat! Masumi mengangkat gagang telepon yang terletak di sisi kanan meja. Beberapa saat, ia berbicara dengan seseorang. Setelah mengakhiri pembicaraannya di telepon, Masumi bangkit dari duduk dan beranjak pergi ke luar ruangan.

***

Di studio Kids, Maya mengemasi barang-barangnya dan memasukkan mereka ke loker. Usai dengan segala aktivitasnya, Maya mengayunkan langkah dan menyusuri lorong-lorong studio menuju pintu keluar. Syukurlah, hari ini latihan berjalan lancar. Walau belum memuaskan pak Kuronuma dengan akting perpisahanku dengan Isshin. Entahlah, aku tidak merasa akan berpisah dengan Isshin, belahan jiwaku. Sekejab, bayangan Masumi hadir di pelupuk mata Maya. Pak Masumi.... Kapan kita bisa bertemu pak?

“Maya!” Seseorang menyejajari langkah-langkah Maya.

“Koji!”

“Kau semakin pintar Maya!

“Ah, yang benar? Tadi pak Kuronuma marah-marah. Katanya aktingku tidak seperti belahan jiwanya Isshin!”

“Tidak seperti dirimu Koji. Akting perpisahanmu sangat bagus. Aku terpesona. Bila aku duduk di kursi penonton, pasti air mataku mengalir”, sambung Maya.

Koji mendengarkan kata-kata Maya dengan hati bimbang. Maya, apa kau belum bisa mencintaiku? Semakin hari, aku semakin mencintaimu Maya. Kau belahan jiwaku. Akoyaku. Separuh jiwaku. Walau itu hanya di panggung. Bila aku kehilangan separuh jiwaku, diriku yang lainnya, maka aku pasti mati. Hati Koji gerimis, membayangkan kenyataan bahwa Maya tidak mencintainya.

“Duh, sudah jam segini”, lirik Maya pada jam yang menempel di dinding bagian resepsionis, “Koji, aku harus cepat-cepat, aku bisa ketinggalan kreta!”, ucap Maya tergesa.

“Maya, tunggu!”, cegah Koji sambil memegang pergelangan tangan Maya.

“Eh..., Koji!”

“Biar kuantar!”, tawar Koji. Perlahan, Koji melepas genggamannya.

“Ee..., aku....”

“Kenapa?”, Koji menangkap sinar keraguan di mata Maya.

“Ah, tak apa. Ayo!”, sambut Maya gembira.

Berdua, Koji dan Maya berjalan beriringan menuju tempat parkir. Mereka menghampiri sepeda motor Koji yang terpakir di salah satu sudutnya.

“Nih”, Koji menyerahkan helm pada Maya.

“Kamu siap Maya? Ayo, naiklah!”

“Iya”

Koji melarikan sepeda motornya di antara ratusan mobil yang hilir-mudik melintasi jalanan kota Tokyo.  Angin malam menerjang tubuh kedua makhluk itu yang tertolak balutan jaket di tubuh mereka. Maya merapatkan lingkaran tangannya di pinggang Koji. Mengimbangi laju sepeda motor yang seakan menerbangkan tubuhnya. Koji, kamu adalah teman yang baik. Kamu juga lawan main yang baik. Aku sangat berterima kasih padamu.

***

Di villa keluarga Takamiya, Shiori dan Masumi duduk berhadapan, terpisahkan oleh meja bundar yang terhidang beberapa menu masakan istimewa. Kondisi remang-remang bercahayakan sinar lilin menciptakan keromantisan di sekeliling mereka. Namun, suasana romantis tenggelam dalam keheningan yang menyelimuti kedua insan itu. Mereka larut dengan suasana hati masing-masing yang tak saling terbaca.

Shiori mengamati Masumi sendu. Masumi, sejak awal datang, kau tak banyak bicara. Ini kah dirimu yang sebenarnya? Sekarang, sikapmu sangat berbeda. Tak kutemukan lagi Masumi yang dulu. Masumi yang lembut, yang selalu memanjakanku, dan menuruti keinginanku. Masumi, sungguh aku mencintaimu. Aku rela mengorbankan apa saja demi mendapatkan dirimu. Shiori memejamkan mata. Menahan butiran-butiran bening yang siap berjatuhan.

“Shiori!”, ucap Masumi mencairkan suasana.

Mendengar panggilan Masumi, Shiori membuka mata dan menatap Masumi lembut.

“Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu, Shiori!”

Seakan tahu apa yang akan disampaikan Masumi, Shiori bangkit dari tempat duduk dan melangkah menuju balkon. Ia menatap malam yang kelam sekelam harapannya dengan Masumi. Kembali Shiori memejamkan mata, menahan lelehan air mata yang hampir tak terbendung. Angin malam berhembus membelai parasnya yang ayu dan memberikan kesejukan pada hatinya yang hampa. Perlahan, Shiori menengadah dan membuka mata. Ia menemukan langit bertabur bintang. Cahaya mereka begitu cemerlang menghias langit malam. Oh, inikah indahnya langit berbintang? Sangat berbeda dengan kerlap-kerlip lampu kota Tokyo yang selama ini kukagumi.

“Masumi, ke sinilah!”

“Ayo, indah sekali di sini!”, bujuk Shiori melihat Masumi yang masih bergeming di kursinya.

Tak lama, Masumi melangkah menuju Shiori dan berdiri di sampingnya.

“Lihatlah Masumi, indah sekali langit berbintang ini”, ucap Shiori sambil menunjuk ke atas.

“Iya”, sambut Masumi yang juga menengadah.

“Ini kali pertamaku melihat bintang, Masumi”

“Pluk!”, kepala Masumi jatuh tertahan kepala Shiori.

“Masumi...?!”

Shiori melingkarkan tangan di pinggang Masumi. Menahan tubuh Masumi yang limbung. Ia menatap wajah Masumi lembut, menjelajahinya dengan ujung jari telunjuk, dan berakhir dengan memberi kecupan di bibir Masumi.  Aku sangat mencintaimu, Masumi.

***

Semburat merah saga bermunculan di langit ufuk timur. Menandakan bahwa malam telah berganti pagi. Sang matahari mulai menampakkan diri di balik bukit. Sebagian sinarnya menembus kaca cendela villa yang tak sempurna tertutup korden. Seakan menggelitik penghuninya, mengabarkan bahwa pagi menjelang.

“hhmm”

Masumi menggeliat. Matanya mulai terbuka setengah dan akhirnya terbuka sempurna. Eh, ini di mana? Masumi menatap heran sekelilingnya. Ini bukan kamarku!

“Masumi, kamu sudah bangun!”

“Aaaaa!!!”, Masumi melompat kaget mendengar suara perempuan di sampingnya, “AAAAAAAAAAAAA!!!!!!!”, Masumi menjerit kaget mendapati dirinya tanpa sehelai benangpun. Tanpa pikir panjang, Masumi menarik selimut di depannya dan membebat diri.

“Hah”, Masumi melotot, melihat sesosok wanita di depannya dalam kondisi yang sama.

Secepat kilat, masumi telah membelakangi wanita itu. Tubuhnya bergetar hebat. Dadanya bergerak naik turun. Nafasnya terengah-engah. Kenapa Shiori dalam kondisi seperti itu? Dan kenapa aku juga dalam kondisi yang sama? Masumi memejamkan mata. Menghilangkan keelokan Shiori dari benaknya. Masumi menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Hohh, apa yang telah aku lakukan?

Shiori yang terbaring di tempat tidur bangkit dan mengenakan gaunnya yang tersampir di kursi rias. Perlahan, ia mendekati Masumi.

“Masumi. . .”, Shiori berdiri di depan Masumi.

“Apa yang terjadi?”

“Apa kau lupa Masumi?”, ucap Shiori lirih dan menyandarkan kepala di dada Masumi, “Kau sangat hebat Masumi, aku bahagia sekali”

Masumi mematung. Kakinya seakan terpaku ke dalam bumi. Apa yang ia katakan? Aku...aku dan dia!? Bagaimana mungkin aku dan dia...?! Bagaimana mungkin aku lepas kendali? “Hhhh” Masumi mendesah pelan tak mengerti.

***

“PRAANGG!!!!”

“Oh”, maya tersentak piring yang dipegangnya terlucut

Mendengar suara barang jatuh, Rei yang berada di ruang makan bersegera pergi ke arah asal suara. Ia mendapati Maya sedang berjongkok memunguti pecahan piring yang berserakan di lantai dan memasukkannya ke dalam plastik hitam.

“Maya, ada apa?”

“Tidak apa Rei, piringnya jatuh!”

“Kamu melamun ya?”

Rei turut berjongkok dan membantu Maya memunguti pecahan piring.

“Tidak juga Rei, tiba-tiba saja jatuh!”

Kenapa ya? Seingatku aku tadi memegangnya dengan kuat. Aku juga membilas busa sabun dengan bersih. Kening Maya berkerut.

“Oya, Maya, siang ini ada acara?”

“Iya, aku ada janji. Kenapa Rei?”

“Tak apa, Maya”, ucap Rei mengerti.

***


Maya berdiri di depan sebuah restoran mewah. Disertai sebersit keraguan, Maya melangkah masuk. Ia disambut suasana restoran yang ramai dipadati pengunjung. Mereka duduk mengelilingi meja-meja bundar dengan kaki berukir yang tertata acak tapi rapi. Setiap meja dikelilingi oleh tiga kursi yang juga berukir di bagian sandaran dan kakinya.

Maya menyapu seluruh ruangan dengan sepasang matanya, berusaha menemukan sosok yang dicari. Dimana ya kakek itu? Di antara pengunjung yang didominasi kaum muda, Maya menemukan seorang kakek-kakek berkursi roda di salah satu sudut ruangan yang tak lain adalah Eisuke Hayami. Menyadari kehadiran Maya, Eisuke melambaikan tangan dan Maya pun melangkah menuju ke arahnya.

“Hallo, Kek”

“Hallo, Nak”

Eisuke tersenyum manis menyambut Maya. Sinar kegembiraan terpancar di wajahnya yang mulai keriput.

“Duduklah!”

Maya mengangguk dan menarik satu kursi yang berada di sisi kiri Eisuke, kemudian mendudukinya.

“Kok Kakek yang mengundangku? Aku kan janji akan mentraktir Kakek!”, omel Maya dengan wajah cemberut.

“Ha ha ha ha”, Eisuke tertawa bahagia, “Karena aku rindu, Nak. Ingin bertemu denganmu!”, ujar Eisuke wajar.

“Hah, rindu padaku? Jangan katakan kalau Kakek jatuh cinta padaku!”, ancam Maya sambil melirik Eisuke.

“Ha ha ha ha”

Kembali Eisuke tertawa lepas. Anak ini sangat menyenangkan. Aku tidak pernah bosan bersamanya. Tiba-tiba seorang waitress menghampiri meja mereka.

“Maaf, apa pesanan Anda sudah siap?”, tanya waitress.

Serentak, Maya dan Eisuke menatap waitress yang berdiri di dekat meja mereka. Waitress itu menunggu dengan tangan memegang bolpoin dan siap mencatat pesanan mereka.

“Mau pesan apa? Ice cream dengan buah atau rasa coklat?”, tanya Eisuke pada Maya.

“Ehmm”, Maya berpikir sejenak, “Kali ini aku ingin rasa melon, Kek!”

“Wah, berganti selera!”, timpal Eisuke ringan.

Maya mengangguk sambil tersenyum.

“Kami pesan rasa coklat dan melon”, pesan Eisuke pada waitress.

Waitress itu mengangguk-angguk sambil menulis di buku pesanannya.

“Baiklah, silakan ditunggu!”, ujar waitress sambil membungkukkan badan.

Sejenak, hening melingkupi Maya dan Eisuke. Tetapi, Eisuke segera membuka percakapan.

“Bagaimana aktingmu? Apa sudah sempurna?”

“Sudah lancar, Kek. Kecuali akting perpisahanku dengan Isshin.”

“Kenapa?”

“Entahlah, aku belum bisa mengekspresikan bagaimana perasaan Akoya ketika berpisah dengan belahan jiwanya!”

“Apa kau tidak pernah jatuh cinta?”

Maya menunduk. Jatuh cinta. Sekelebat, bayangan Masumi melintas di benak Maya. Pak Masumi.... Sedang apa ya dia? Aku rindu! Menyadari sedang diperhatikan Eisuke, Maya mengangkat wajah.

“Tidak, Kek. Percintaanku rumit.”

“Rumit? Kenapa?”, tanya Eisuke ingin tahu.

“Dia sekarang bertunangan, Kek!”

“Hah!”, Eisuke terperanjat, “Bagaimana mungkin kamu mencintai orang yang sudah bertunangan?”

“Aku juga tak tahu, Kek. Padahal aku dulu sangat membencinya dan orang-orang bilang dia adalah si dingin tak berperasaan. Tapi, aku sangat mencintainya. Dan ternyata, dia juga mencintaiku”, urai Maya penuh ketulusan.

Kening Eisuke berkerut yang semakin menambah jumlah kerutan di wajahnya. Sepertinya aku tahu orang yang dimaksud Maya. Ciri-cirinya mirip putraku. Tapi, apa benar? Selama ini Masumi selalu bersikap dingin padanya. Mereka selalu bertengkar. Ah, tak mungkin, pasti orang lain yang mirip dengan Masumi. Orang dingin kan tidak hanya Masumi!

“Permisi, ini pesanan Anda!”

Seorang waitress menghidangkan ice cream pesanan Maya dan Eisuke. Setelah menganggukkan kepala, Maya dan Eisuke menikmati ice cream mereka sambil mengobrol berbagai hal. Sesekali suara tawa menyelingi pembicaraan mereka. Di satu sudut restoran, sepasang mata mengawasi mereka. Tuan, bila anda bersama gadis ini, selalu saja terlihat bahagia.

***

Ayumi berdiri di tengah taman, di depan rumah kakeknya di Akone. Semilir angin memainkan rambut gelombangnya. Beberapa kupu-kupu beterbangan, diantara mereka menari-nari di depan wajah Ayumi. Oh, indah sekali pagi ini. Mata ayumi terpejam. Menikmati sinar matahari pagi yang menghangatkan kulit putihnya. Mendengarkan senandung alam di sekitarnya. Inikah yang dirasakan Akoya setiap hari. Berbincang dengan alam. Membagi cinta dengan sesama makhluk. Andai aku merasakan ini saat di lembah Plum, sungguh sangat membahagiakan.

“Nona!”

Mendengar suara, Ayumi berbalik ke arah asal suara.

“Bibi”

“Saatnya kembali ke Tokyo, Nona!”

“Sebentar ya Bi, aku ingin menikmati alam ini, sebentar saja!”

“Baik, Nona”, ucap bibi penuh pengertian kemudian memutar badan dan melangkah meninggalkan Ayumi sendiri.

Kembali, Ayumi menikmati alam. Mendengarkan buaian ibu bumi pada biji-biji yang bersiap tumbuh, perbincangan tetumbuhan menyambut pagi, dan merasakan belaian angin yang berkejar-kejaran menuju area yang bertekanan lebih rendah. Berat hatiku meninggalkan tempat ini. Semua ini akan susah kutemui di Tokyo. Pelan, Ayumi melangkahkan kaki ke arah bangunan besar di depannya. Semakin jauh Ayumi melangkah, senandung alam di belakangnya terdengar semakin melirih dan akhirnya menghilang.

***

“Pak Masumi!”

Adalah kali ketiga Mizuki memanggil Masumi. Tetapi, Masumi yang berdiri membelakanginya tetap bungkam. Pak Masumi, lebih dua pekan ini Anda membuat kami bekerja rodi. Ide-ide cemerlang anda membuat kami kelimpungan. Ada apa sebenarnya? Setiap hari bergelut dengan dokumen. Datang pagi pulang tengah malam. Dan satu lagi, anda banyak menghabiskan waktu melihat hamparan kota Tokyo. Seperti saat ini. Melihat Masumi yang masih mematung, Mizuki bersiap memutar badan.

“Mizuki!”, panggil Masumi dengan tetap membelakangi Mizuki.

“Pak Masumi? Anda tahu saya di sini?”

“Tentu saja, tapi aku tidak bersemangat menjawabmu”, ucap Masumi datar, “Oya Mizuki, kapan pentas uji coba Bidadari Merah?”

“Anda lupa hari, Pak?”

“hm”, segaris senyum simpul menghias wajah Masumi.

“Lima hari lagi, Pak!”, jawab Mizuki, “Oya, ada nona Shiori menunggu Anda. Akhir-akhir ini anda sering menolak menjawab telepon dan ajakan kencan”

“Suruh dia masuk saja, aku tak ingin pergi ke mana-mana!”

“Baik, Pak”

Masumi tak mengalihkan pandangan dari hamparan kota Tokyo hingga terdengar suara pintu terbuka. Masumi memutar badan dan menemukan Shiori sedang melangkah ke arahnya. Shiori...!

“Masumi...”, panggil Shiori lirih saat di depan Masumi.

“Hari ini aku tak ingin pergi, Shiori!”

“Kenapa?”

Masumi membisu. Shiori bergerak maju dua langkah hingga dirinya dan Masumi hanya berjarak satu jengkal. Shiori melingkarkan tangan kirinya di pinggang Masumi. Kemudian, menyandarkan kepala beserta jari-jemari kanannya di dada bidang Masumi.

“Aku rindu, Masumi!”, bisik Shiori.

Masumi menggerakkan tangan dan memegang tangan Shiori ringan. Pelan, Ia membuka lingkaran tangan Shiori dari tubuhnya. Masumi menatap Shiori tanpa ekspresi, Shiori, maaf, aku tak bisa seperti ini.

“Shiori, ada yang ingin kusampaikan padamu!”

Sontak, Shiori mundur selangkah. Sebuah kekhawatiran merasuk di pikirannya. Rona ketakutan memenuhi wajah Shiori.

“Aku ingin membatalkan pernikahan kita!”

Shiori tersentak. Apa? Apa katanya...? Ia tak ingin mempercayai apa yang di dengarnya. Dada Shiori sesak, seakan ada batu besar menghimpitnya. Seluruh wajahnya memanas.  Dan air matanya tumpah tanpa terbendung.

“Kamu bohong kan Masumi”, ucap Shiori tercekat, “Setelah apa yang kita lakukan di villa malam itu, kamu tetap ingin membatalkan pernikahan kita?”

“Iya”

“Karena cintamu pada Maya Kitajima?”, tanya Shiori terisak.

“Benar”

Ohh.... Masumi, kau sangat mencintainya? Apa kelebihannya dariku? Hingga kau mencintainya seperti ini? Shiori terus terisak.

“Lalu..., lalu, bagaimana bila aku mengandung anakmu?”, ucap Shiori lirih, “Apa kau tetap...?”, Shiori tak mampu melanjutkan kata-kata.

“Apa?”

“Aku hamil, Masumi!”

TAARRRR!!! Bagai disambar petir, harapan Masumi hangus terbakar. Tiba-tiba, tubuh Masumi melemah. Kedua kakinya tak sanggup menumpu berat badannya. Tulang-tulang kakinya serasa dilolosi.

“Pergi!”, pinta Masumi lemah.

“Masumi....”, Shiori bergerak mendekati Masumi.

“PERGI!! KATAKU!!”, bentak Masumi.

Shiori terpaku. Ini kali pertama Masumi membentaknya. Spontan, Shiori berlari keluar. Dia membentakku? Shiori semakin terisak. Bentakan Masumi terus menghantuinya.

“Blam”, terdengar suara pintu dibanting.

“Bluugg!!”

Masumi terduduk di lantai. Kedua tangannya yang mengepal bertumpu pada lantai. Aku punya anak? Tanpa menikah, aku punya anak? Badan Masumi gemetar. Setetes butiran bening jatuh di lantai Daito yang mengkilap. Senyum Maya yang penuh kepercayaan membayang di pelupuk matanya. Maya. Cintaku.... Ia menungguku. Ia percaya padaku. Ohh.... Cinta Bidadari Merah. Sekarang, aku terjebak di sini dan tak dapat melepaskan diri. Masumi tertunduk tak berdaya. 

***
  Bersambung ke Enchanted (Cintaku Tak Menuntut, Pak Masumi!) II

45 komentar:

  1. "Topeng Kaca" merupakan manga terfavorit,,,dan saya memanfaatkan kegilaan ini untuk memulai langkah baru meraih matahari dalam genggaman"

    -menerima segala masukan dalam penyatuan maya masumi- *fiuhh ribet*

    BalasHapus
  2. Aisy... ayo lanjutkan :D
    apa yang kemudian terjadi ????

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah, terima kasih teman2, insyalloh semoga berlanjut :D

    BalasHapus
  4. Sis Aisya...
    TY ni.. :)
    ditunggu banget loh lanjutannya :D
    ngga sabar pengen tahu tuh shiori mau bertingkah apa >.<

    BalasHapus
  5. Sis Ty...! terima kasih telah bertamu, semoga tidak bosan ya... *berharap bisa menjamu lebih* :)

    BalasHapus
  6. wah aisy lam kenal...ayo lanjutkan FAnfictionnya////

    BalasHapus
  7. sama2, salam kenal juga Enna... :)

    terima kasih...

    BalasHapus
  8. Aisya ayo semangat....
    ditunggu update an nya tiap pagi, seperti menunggu update dari Su-Sen :)

    ayo ayo lanjutkan lagi hehehe :D

    BalasHapus
  9. Sista,,,takut banget ni mengecewakan,,,boleh bela diri yaah ndak mau nii duduk di meja terdakwa pecinta TK,,

    ehm,,Miiuchi aja nunggu 1 bulan lho tiap chapter,, :P dan untukku yang meraba pikirnya bagaimana,,?? kupikir sangat sulit *fiuhh*

    Terima kasih,,insyalloh tetap SEMANGAT

    BalasHapus
  10. nngak ko sis,,nyante ajah,,hasil karya apapun itu,,patut dihargai..n di puji mo bagus bagus jelek acak2an...but your Fiction i Lov dach hahahah coz about TK

    BalasHapus
  11. nice version. move on! can't wait your new status everyday "Update TK!"

    BalasHapus
  12. hmmmm... akhirnya ada juga terusannya.. hahahaha
    aku suka awal yang ini dibanding sebelumnya. untung uda diedit :D
    andai bukan harapanmu. aslinya kaya apa si aku kan pendatang baru huhuhu :'(

    BalasHapus
  13. Yang komen sebelum ini,,,sepertinya ku kenal yaa,,

    makasi banget atas sarannya,,berusaha memenuhi aspirasi,,,*sadar* tulisan ini berbeda dgn cerpen hingga kebiasaan alur cerpen perlahan tapi pasti dapat berubah..thanks a lot.

    BalasHapus
  14. asyiiiik ada fanfic yg baru hehhehe! jia you aisya! hehehe ;) baru tau ni jd baru baca hari ini
    lanjutkaaaannnn!
    anita f4evermania

    BalasHapus
  15. Romantiss ceritanya... Jantungku ikut merinding pas masumi berbisik-bisik di depan apartemen. Hahaaaa......

    BalasHapus
  16. aaaah,,,,lanjutannyaaaaa manaaaaaa aisy :P

    BalasHapus
  17. aaaaaaaaaa cuma sedikittttttttt....:((

    dewimel

    BalasHapus
  18. Horeee..posting sedikit menjadi kejutan ternyata *berhasil berhasil* membuat teriakan "aaaaaaaaaaa"

    BalasHapus
  19. Wawawawww... suka ceritanya Aisy! Ayo, lanjutkan!!! ga sabar nunggu lanjutannya...

    BalasHapus
  20. tidaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkk...!!!

    :((

    CRY CRY CRY...

    BalasHapus
  21. hiiiiiiiiiiiiiiiiiii shioryyyyyyyyyyyyyy jahatttttttttttttttttttttttt!!!!

    terpaksa bula lepi soalnya penasaran...skr bobo lg ahhhh -dewimek

    BalasHapus
  22. Shiorriiiiiiii~~~
    Ihhhhhh~~

    picciiiiiiikkkkkkk piciiiikkkkkk~~~~
    kamu picciiiiiiiiiiiiiikkkkkk~~!!!

    pastii tepu ni tepuuuuuu~~~
    walopun masumi ngga sadar.. pasti dia ngga kan mau sama si shioriiii

    *inginnyamembayangkanmasuminekittapibencibangetkaloadashioridisampingnyaT.T*

    Huhuhuhu T.T

    BalasHapus
  23. Hiks aisyh,,msumiku Hikshiks.....

    BalasHapus
  24. Teman2 ku nyerah deh... semua akan kujawab di akhir cerita insyalloh :)

    BalasHapus
  25. Bohong kan sist????
    kaya sinetron2 indonesia dech....
    obat tdr doang dibilang obat pe....... gt ;(

    BalasHapus
  26. Yah, Shiori kan dah bertekad melakukan segala cara utk mempertahankan Masumi, jadi bisa aja dia pakai cara spt itu atau ngancam bakal bunuh diri...

    Di kapal Astoria jg kan dia ngerencanain bobo bareng ma Masumi, kalo ngga buat apa dia pesen kamar dg satu tempat tidur.

    Hhmmm.. jd pengen tau lanjutannya deh Aisy!

    -Nadine-

    BalasHapus
  27. Hiks terharu...terima kasih semua...:)

    tetapi sekarang sedang agak kalut :( so otak ikutan ruwet hingga cintaku pada Masumi meredup...

    Maaf bila update agak lamaan yaa :)

    Semoga dapat mengakhiri cerita ini dengan cinta. amin

    BalasHapus
  28. Wow, ada cerita TK versi Aisy nih...Ganbatte Aisy, ditunggu updatenya yow! --jangan menyakiti masumi kita terlalu kejam yach? hehehe--

    --Ratna--

    BalasHapus
  29. hiks...hiks...ga rela masumi kejebak shiory.hgn smpai deh gr2 ini mrk jd nikah, smga kebohongan ini bs terungkapp sblm masumi bnr2 jd nikah ma shiory, shgga maya n masumi aja yg melangkah ke altar pernikahan....(plizz...aishy aku gak rela masumiku dijamah shiory.....hiks..hiks!) POKOE JGN KECEWAKAN PENGGEMAR TK, DGN MENJODOHKAN MASUMI MA SHIORY...GAAAKKK...RELLAAAA...!

    diana yg kecewa

    BalasHapus
  30. Diana...diriku dah pasang tameng ni dari awal :) bila dikeroyok fans TK

    BalasHapus
  31. aku gak mauuuuu.......
    Aisy,,, pleaseeee....
    jangan sekejam itu pada maya....
    lebih baik shiori mengancam menembak dirinya, daripada berbuat begitu......
    teganya, dirimuuuuu...
    hiks..hiks...

    new

    BalasHapus
  32. ga sadar mataku ikut bekaca2...huhuhuhuwaaa.... semangat maya, semangat masumi.... selalu ada jalan... semangat buat penulis nya ^^

    Dewimel

    BalasHapus
  33. Terima kasih Mba Dewi...semua berkat semangat dari Mba bisa sampai titik ini walau tertatih...CINTA datang dan pergi... but semoga ku bisa memeluknya selamanya...amin amin :)

    BalasHapus
  34. Lanjutkan Aisy... Aku suka baca fanfic-nya... xoxo

    BalasHapus
  35. JEDDAAGGG!!!!

    Shiori tega banget, Masumi dijebak sedemikian rupa! Berani jamin, hamilnya juga pasti akal2an Shiori, cuma pura2 aja biar MAsumi kasian, kan? iya, kan? gggrrrrhhhh.....
    (Masumi-sama, aku ga rela...........)

    Nunny

    BalasHapus
  36. Semoga stlh dibatalin pernikahannya, Shiori pingsan krn anemia, trus komplikasi, trus koma... astaga, jd raja tega kayak Shiori nih gue! tp jgn deh, ntar Masumi-ku jd ngerasa bersalah lagi.

    Lanjutannya jgn lama2 ya Aisy, ga sabaaarr..
    (Nadine)

    BalasHapus
  37. ayo mbak segera dilanjutkan.... penasaran....

    BalasHapus
  38. hmm rada bungung pas ada kata2 "pluk..."
    tu pala jatoh knp?
    perlu konfirmasi.
    apakah sebelumnya karena ada obat tidur? (perasaan g disuru minum) atau karena terlalu lelah kaya "beak seung ju" di playfulkiss...

    >.<
    butuh konfirmaaaassssssssssssiiiiiiiiiii....

    BalasHapus
  39. Bukan beak seung ju....

    Tp Baek Seung Jo ,, hohooo

    BalasHapus
  40. sistaaaaaaaaaaaaa..........
    mang kejadiannya beda brp mgg ya ama saat shiori ngaku hamillll????? bknnya baru 2 pekan ya sist?
    kok bs yakin gt kl hamil....
    hebat amat shiori,dokter aja gak bs memprediksi seyakin itu kok...

    BalasHapus
  41. giska cantiiiik :*17 Januari 2011 pukul 04.48

    mba'eeeeee....
    adududuuuh aku jadi bergetaaar bacanyaaaa,hhiw...
    suka pas adegan shiori bilang "masumi, kau hebat sekaliii,,"
    kyaaaaaa :p

    kak theresia : emm, setauku ada kok yang bisa buat tau kehamilan dalam 10 hari aja deh, malah 1 minggu udah tau,,

    HCG itu loooh,,,
    soalnyaaa, sekitar sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma , telur yang telah dibuahi itu bergerak menuju rahim dan melekat pada dindingnya. Sejak saat itulah plasenta mulai berkembang dan memproduksi hCG yang dapat ditemukan dalam darah serta air seni.

    * pameeeer, mentang2 anak FK. akakakakak :D *

    BalasHapus
  42. aku bingung mang kejadian masumi dijebak itu kapan yah?ko dah hamil lagi????????

    BalasHapus
  43. no-no-no-no definitely not. itu bkn masumi, pst hanya kebohongan shoiri supaya masumi mw nikah. dasar wanita stress ! *kesal.com*

    BalasHapus
  44. baru saja baca FF yg ini, baguss..
    sprt bs meraba pikiran miuchi, penggambaran tiap2 tokoh mendekati aslinya,masumi disini natural..^^
    lanjut sist..^^
    Nida

    BalasHapus